Alat Kontrasepsi
Dalam Rahim
Salah satu alat kontrasepsi
jangka panjang yang kita kenal adalah IUD (Intrauterine
Device) atau AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim) atau yang sering disebut
dengan spiral. IUD generasi sebelum berbentuk seperti spiral (sehingga sering
disebut spiral). IUD yang saat ini digunakan berbentuk seperti huruf T, dengan lilitan
tembaga pada badannya tanpa mengandung hormon. Namun, ada juga IUD jenis yang
mengandung hormon progestin.
Rahim berbentuk seperti buah pir,
terdiri dari tiga lapisan dengan rongga di bagian tengahnya. Lapisan paling
dalam disebut endometrium, lapisan yang berisi otot rahim disebut myometrium,
lapisan terluar disebut serosa. Di sisi bagian dalam dari endometrium terdapat
rongga rahim tempat berkembangnya janin selama kehamilan. Sperma akan masuk
membuahi sel telur melalui saluran serviks (cervical
canal), lalu melalui rongga rahim (uterine
cavity), kemudian masuk ke dalam tuba fallopi dan membuahi sel telur di sana.
IUD membentuk peradangan di dalam
rongga uterus yang mengandung serabut-serabut fibrin, sel-sel fagosit, dan
enzim proteolitik. Tembaga pada IUD akan terus menerus melepaskan logam dalam
jumlah kecil yang menghasilkan respon peradangan. IUD menstimulasi pembentukan
prostaglandin di dalam rahim yang berhubungan dengan kontraksi otot polos dan
proses peradangan. Perubahan pada lingkungan di dalam rahim mencegah sperma
melewati rahim sehingga mencegah terjadinya fertilisasi/pembuahan, hal ini yang
mencegah terjadinya kehamilan. Melihat dari mekanisme kerjanya, IUD bukan
termasuk ke dalam abortifacent.
Kontraindikasi dari IUD yang
dikeluarkan oleh WHO diantaranya, kehamilan, sepsis puerperalis, Pelvic inflammatory disease, sedang
menderita atau dalam 3 bulan terakhir menderita penyakit menular seksual (HIV
tidak termasuk), kanker endometrium atau kanker serviks, perdarahan pervagina
yang belum diketahui sebabnya, anomali uterus, dan myoma uteri yang mengubah
rongga rahim. Sedangkan efek samping yang mungkin terjadi diantaranya adalah
infeksi, ekspulsi, kehamilan ektopik, dan translokasi dengan angka yang kecil.
Karena IUD tidak mengandung hormon, maka efek samping yang diakibatkan oleh
hormon seperti peningkatan tekanan darah, kenaikan berat badan, gangguan
metabolisme glukosa dan lemak.
Angka kegagalan (kehamilan) IUD
mencapai hanya kurang dari 0,2 dari 100 wanita pertahun. IUD dapat digunakan
hingga 5 – 10 tahun tergantung dari jenis IUD yang digunakan. Kontrol dapat
dilakukan dengan melihat benang yang keluar dari ostium
Dengan angka kegagalan dan efek
samping yang rendah, tidak memerlukan kontrol rutin setiap bulan, dapat
digunakan hingga 5 – 10 tahun, reversibel, dan kesuburan yang tidak terganggu setelah
pelepasan, IUD dapat menjadi alat kontrasepsi jangka panjang pilihan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar