Selasa, 15 Maret 2016

Menstruasi

Darah Menstruasi, dari mana?

Seorang pasien pernah datang ke Saya karena sudah dua bulan tidak haid. Kemudian saya bertanya “sebenarnya apa yang ibu takutkan jika tidak haid?”. Dia lalu menjawab “kalau saya tidak haid, nanti darah kotor saya gak keluar dok.”

Nah, yang perlu kita semua ketahui adalah apa itu darah haid/menstruasi sebenarnya.

Di dalam tubuh wanita, terdapat organ reproduksi yang terdiri dari uterus/rahim dan dua buah ovarium/indung telur.

Rahim yang berbentuk seperti buah pir, memiliki rongga di bagian dalamnya. Rongga tersebut adalah tempat tumbuh dan berkembangnya janin selama kehamilan. Rongga tersebut memiliki dinding yang terdiri dari lapisan yang disebut endometrium. Lapisan itu terdiri dari jaringan ikat, kelenjar, dan banyak pembuluh darah.

Jaringan endometrium ini pada dasarnya diciptakan untuk tempat menempelnya janin setelah terjadi pembuahan sehingga janin bisa mendapat suplai darah, oksigen, dan gizi yang diperlukan untuk pertumbuhannya dari ibu. Untuk bisa menempel sempurna, endometrium ini harus memiliki ketebalan dan pembuluh darah yang cukup.

Setiap bulan, terdapat proses pembentukan ovum atau sel telur di dalam indung telur. Proses ini mengakibatkan perubahan keseimbangan hormon pada wanita. Diawali dengan rangsangan hormon GnRH (gonadotropin releasing hormone) yang dihasilkan oleh hipothalamus (bagian dari otak) terhadap hipofisis anterior (bagian dari otak lainnya) untuk menghasilkan FSH (follicle stimulating hormone)  dan LH (luteinizing hormone). FSH ini nanti akan merangsang indung telur untuk mematangkan folikel yang ada diindung telur. Lama-lama folikel akan semakin membesar hingga akhirnya pecah kemudian mengeluarkan sel telur dan menyisakan cangkangnya yang menjadi corpus luteum.

Selama folikel yang ada di indung telur di rangsang pertumbuhannya sampai akhirnya “menetas”, dia akan menghasilkan hormon yang terutama adalah estrogen. Hormon estrogen ini akan merangsang pertumbuhan lapisan endometrium di rongga rahim. Endometrium ini akan semakin menebal, dan membentuk banyak pembuluh darah baru. Bayangkan sebuah tembok batu bata yang ditumpuk-tumpuk semakin lama semakin tebal. Pada indung telur fase ini disebut sebagai fase folikuler, sedangkan pada rahim fase ini disebut fase proliferasi, lamanya 8 – 21 hari.

Kembali ke indung telur, corpus luteum yang tadi berasal dari folikel yang menetas, akan menghasilkan progesterone. Progesterone ini memiliki efek  juga terhadap lapisan endometrium yaitu melebarkan pembuluh darah, meningkatkan kelenjar-kelenjar dan mempertahankan endometrium tetap pada kondisinya.  Bayangkan batu bata yang sudah ditumpuk tadi diberikan semen, seperti itulah kira-kira efek progesterone pada endometrium. Pada fase ini, follikel sudah pecah dan diganti corpus luteum, sehingga sudah tidak lagi dihasilkan estrogen (inget tadi estrogen dihasilkan oleh folikel) diganti dengan progesterone. Artinya temboknya tidak bertambah tebal hanya dipertahankan saja. Pada indung telur fase ini disebut fase luteal, sedangkan pada rahim fase ini disebut fase sekresi.

Sayangnya corpus luteum ini umurnya hanya 14 hari. Karena endometrium yang tebal tadi dipersiapkan untuk menempelnya janin, jika terjadi kehamilan, hasil pembuahan tersebut akan menghasilkan HCG (human chorionic gonadotropin) yang akan “menyelamatkan” corpus luteum sehingga berumur lebih panjang. Sedangkan wanita tidak setiap bulan hamil bukan, dan jika tidak terjadi kehamilan, maka corpus luteum akan mati dalam 14 hari, progesterone yang dihasilkan akan hilang. Bayangkan tembok batu bata yang tadi dilapisi semen, kini semennya tiba-tiba dihilangkan, tentu akan runtuh. Begitu juga endometrium, yang tadi sudah menebal, dipertahankan dengan progesterone, tiba-tiba produksi progesteronenya terhenti, maka endometrium tersebut akan meluruh.

Ingat, tadi endometrium terdiri dari banyak pembuluh darah? Jika lapisan tersebut meluruh, tentu akan terjadi perdarahan yang akan dikeluarkan dari rahim melalui leher rahim dan keluar lewat vagina. Lapisan endometrium dan darah dari pembuluh-pembuluh darah di endometrium itulah darah menstruasi. Setelah menstruasi dimulai, siklus yang tadi diceritakan diatas akan diulang kembali dari awal.

Jadi bisa disimpulkan bahwa darah haid/menstruasi, merupakan reruntuhan lapisan endometrium baru yang dibentuk setiap bulan untuk tempat menempelnya janin. Karena tidak terjadi kehamilan, maka lapisan tersebut dibuang. Dan bukan merupakan darah kotor yang berasal dari dalam tubuh.



Keracunan Dalam Kehamilan (Preeklampsia)


Keracunan Dalam Kehamilan (Preeklampsia)



Keracunan yang akan dibahas kali ini bukan seperti keracunan sianida yang dimasukin ke dalam kopi, tapi keracunan yang diakibatkan oleh kehamilan.

Gimana caranya kehamilan bisa bikin keracunan? Jadi begini ceritanya, salah satu proses yang terjadi saat kehamilan adalah implantasi plasenta atau penempelan ari-ari pada lapisan bagian dalam rahim. Pada beberapa kasus, penempelan plasenta ini tidak berlangsung sempurna, sehingga mengakibatkan adanya iskemik (kurang oksigen). Efeknya adalah keluarnya mediator-mediator inflamasi yang akan beredar secara sistemik ke seluruh tubuh melalui pembuluh darah. Nah, mediator-mediator inflamasi ini akan mengakibatkan reaksi-reaksi tertentu yang salah satunya mengakibatkan konstriksi dari pembuluh darah sehingga terjadi hipertensi. Selain itu, lapisan endotel pada pembuluh darah juga terganggu sehingga cairan mudah keluar dari pembuluh darah menuju ruang ekstravaskuler. Organ-organ seperti jantung, mata, ginjal, hati, paru juga terkena dampaknya. Kondisi inilah yang disebut preeklamsia (keracunan dalam kehamiilan).

Bahaya kah preeklamsia? Tentu aja bahaya. Gejala dan tanda yang muncul adalah tekanan darah yang tinggi (walaupun nggak ada riwayat tekanan darah tinggi sebelumnya) disertai adanya protein dalam urin. Komplikasi yang sering terjadi adalah edema paru (terjadi penumpukan cairan pada paru-paru), hal ini, mengakibatkan penderitanya kesulitan bernafas. Selain itu, bisa juga terjadi HELLP syndrom, terjadi kerusakan hati dimana terdapat peningkatan enzim-enzim transaminase di dalam darah, sel-sel darah merah lisis/pecah, dan penurunan kadar trombosit. Komplikasi juga bisa terjadi di otak yaitu eklamsi, di mana kondisi di atas ditambah kejang dan penurunan kesadaran. Kondisi-kondisi ini dapat mengancam jiwa dan menyebabkan kematian ibu dan janin.

Gimana cara ngobatinya? Seperti yang udah dijelaskan di atas bahwa penyebab preeklamsia adalah plasenta atau ari-ari, maka terapinya ya dengan melahirkan plasentanya. Tetapi kan gak mungkin hanya melahirkan plasentanya aja, maka bayinya mau nggak mau juga ikut dilahirkan. Umumnya preeklamsi muncul di trimester terakhir kehamilan. Tapi ada juga yang terjadi pada trimester kedua kehamilan, biasanya preeklamsi yang muncul lebih awal, kondisinya lebih jelek,  nah jika seperti ini agak sulit untuk menentukan apakan dilahirkan atau tidak. Klo nggak dilahirin, proses penyakit terus berlangsung dan cenderung menjadi berat apalagi jika jarak untuk sampai kehamilan cukup bulan terlampau jauh, tapi klo dilahirin, janinnya masih terlalu muda dan sulit untuk hidup diluar rahim.

Bisa dicegah nggak? Beberapa penelitian mengatakan dengan konsumsi supplemen kalsium dan antioksidan dapat mencegah terjadinya preeklamsia. Selain itu, dengan kontrol teratur selama kehamilan, perubahan tekanan darah dapat dideteksi lebih dini, sehingga dapat ditatalaksana sebelum jatuh ke dalam kondisi yang lebih berat.

Persalinan normal setelah operasi sesar sebelumnya (Vaginal Birth After Cesarean/VBAC)


Persalinan normal setelah operasi sesar sebelumnya (Vaginal Birth After Cesarean/VBAC)



Seringkali pasien bertanya, “dok, saya melahirkan sebelumnya kan operasi sesar, hamil yang sekarang melahirkan normal boleh nggak?”. Jawabannya adalah boleh, dengan beberapa syarat dan resiko yang harus dihadapi.

Resiko paling berat yang dihadapi adalah ruptur uteri atau robekan pada rahim. Apabila terjadi ruptur uteri maka ibu akan mengalami perdarahan hebat yang mengancam jiwa, dan aliran darah ke bayi pun berkurang sehingga bayi dapat meninggal di dalam rahim. Akan tetapi, sebelum terjadi ruptur akan ada gejala dan tanda yang dapat di observasi untuk mengantisipasi hal ini. Tanda-tanda seperti nyeri hebat pada perut bagian bawah, BAK kemerahan, dan perubahan pola denyut jantung dapat menjadi tanda akan terjadi robekan pada rahim. Robekan rahim umumnya terjadi pada bekas luka sayatan dirahim pada persalinan sesar sebelumnya. Karena jaringan parut yang terbentuk pada bekas luka tidak seelastis dan sekuat jaringan normal.

Resiko terjadinya ruptur uteri atau robekan rahim pada VBAC hanya sebesar 22-74/10.000. dibandingkan dengan robekan rahim pada rahim yang tidak ada bekas luka operasi sebelumnya adalah 0,5-2/10.000 persalinan. Sedangkan angka kematian ibu pada VBAC hanya kurang dari 1/100.000 kasus pada negara berkembang.

Bagaimana jika kondisisnya mengharuskan untuk dilakukan induksi persalinan, seperti pada kasus kehamilan lewat bulan. Induksi persalinan boleh dilakukan pada bekas sesar, tetapi perli diketahui bahwa induksi persalinan pada VBAC juga meningkatkan resiko terjadinya robekan rahim hingga 1,5 kali lipat atau mencapai 140/10.000 pada induksi persalinan menggunakan obat prostaglandin, dan 89/10.000 pada induksi persalinan lain yang tidak menggunakan prostaglandin.

Persalinan VBAC harus dilakukan di fasilitas kesehatan yang memiliki kamar bersalin dengan tenaga kesehatan untuk observasi dan peralatan yang memadai, dengan monitoring secara kontinyu selama persalinan dan memiliki fasilitas untuk melakukan operasi segera seandainya diperlukan. Dengan pengawasan yang ketat, fasilitas yang memadai, dan pemahaman ibu tentang resiko yang mungkin terjadi, persalinan normal setelah operasi sesar sebelumnya / VBAC dapat dilakukan dengan aman.



Sumber : RCOG Greentop Guideline No.45 2007 : Birth After Previous Caesarean Birth

Senin, 14 Maret 2016

Alat kontrasepsi dalam rahim


Alat Kontrasepsi Dalam Rahim



Salah satu alat kontrasepsi jangka panjang yang kita kenal adalah IUD (Intrauterine Device) atau AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim) atau yang sering disebut dengan spiral. IUD generasi sebelum berbentuk seperti spiral (sehingga sering disebut spiral). IUD yang saat ini digunakan berbentuk seperti huruf T, dengan lilitan tembaga pada badannya tanpa mengandung hormon. Namun, ada juga IUD jenis yang mengandung hormon progestin.

Rahim berbentuk seperti buah pir, terdiri dari tiga lapisan dengan rongga di bagian tengahnya. Lapisan paling dalam disebut endometrium, lapisan yang berisi otot rahim disebut myometrium, lapisan terluar disebut serosa. Di sisi bagian dalam dari endometrium terdapat rongga rahim tempat berkembangnya janin selama kehamilan. Sperma akan masuk membuahi sel telur melalui saluran serviks (cervical canal), lalu melalui rongga rahim (uterine cavity), kemudian masuk ke dalam tuba fallopi dan membuahi sel telur di sana.

IUD membentuk peradangan di dalam rongga uterus yang mengandung serabut-serabut fibrin, sel-sel fagosit, dan enzim proteolitik. Tembaga pada IUD akan terus menerus melepaskan logam dalam jumlah kecil yang menghasilkan respon peradangan. IUD menstimulasi pembentukan prostaglandin di dalam rahim yang berhubungan dengan kontraksi otot polos dan proses peradangan. Perubahan pada lingkungan di dalam rahim mencegah sperma melewati rahim sehingga mencegah terjadinya fertilisasi/pembuahan, hal ini yang mencegah terjadinya kehamilan. Melihat dari mekanisme kerjanya, IUD bukan termasuk ke dalam abortifacent.

Kontraindikasi dari IUD yang dikeluarkan oleh WHO diantaranya, kehamilan, sepsis puerperalis, Pelvic inflammatory disease, sedang menderita atau dalam 3 bulan terakhir menderita penyakit menular seksual (HIV tidak termasuk), kanker endometrium atau kanker serviks, perdarahan pervagina yang belum diketahui sebabnya, anomali uterus, dan myoma uteri yang mengubah rongga rahim. Sedangkan efek samping yang mungkin terjadi diantaranya adalah infeksi, ekspulsi, kehamilan ektopik, dan translokasi dengan angka yang kecil. Karena IUD tidak mengandung hormon, maka efek samping yang diakibatkan oleh hormon seperti peningkatan tekanan darah, kenaikan berat badan, gangguan metabolisme glukosa dan lemak.

Angka kegagalan (kehamilan) IUD mencapai hanya kurang dari 0,2 dari 100 wanita pertahun. IUD dapat digunakan hingga 5 – 10 tahun tergantung dari jenis IUD yang digunakan. Kontrol dapat dilakukan dengan melihat benang yang keluar dari ostium

Dengan angka kegagalan dan efek samping yang rendah, tidak memerlukan kontrol rutin setiap bulan, dapat digunakan hingga 5 – 10 tahun, reversibel, dan kesuburan yang tidak terganggu setelah pelepasan, IUD dapat menjadi alat kontrasepsi jangka panjang pilihan.

Skrining kanker serviks


Skrining kanker serviks

Seperti kita ketahui, kanker merupakan penyakit yang sangat sulit untuk diobati, terutama pada stadium yang sudah lanjut. Kanker serviks merupakan salah satu kanker terbanyak pada wanita selain kanker payudara dan ovarium (indung telur). Ada hal yang membedakan kanker serviks dengan kanker lain pada umumnya, yaitu kanker serviks merupakan kanker yang dapat dicegah. Kanker serviks memiliki masa pra-kanker yang cukup panjang, sehingga dapat dideteksi dengan pemeriksaan skrining. Terapi pada masa lesi pra-kanker efektif untuk mencegah perkembangannya menjadi sebuah kanker.

Penyebab utama dari kanker serviks adalah infeksi virus HPV (Human Papilloma Virus) yang menginfeksi serviks pada saat berhubungan seksual. Sejak terinfeksi hingga menjadi lesi pra-kanker membutuhkan waktu 3-5 tahun, dan perubahan menjadi sebuah kanker membutuhkan waktu 10 – 15 tahun. Terdapat beberapa pemeriksaan skrining untuk mendeteksi lesi pra-kanker atau deteksi dini kanker serviks. Diantaranya adalah tes IVA dan pemeriksaan PAP smear.

Cara kerja tes IVA adalah dengan mengoleskan larutan cuka pada serviks yang akan membuat sel-sel tidak normal yang diduga merupakan lesi pra-kanker menjadi berwarna keputihan. Hal ini menunjukkan adanya inti sel yang membesar pada sel-sel tersebut. Tes IVA memiliki keuntungan salah satunya adalah mudah dan cepat untuk dikerjakan, dapat dikerjakan di mana saja, tetapi memiliki keterbatasan yaitu tes IVA dapat positif tidak hanya disebabkan adanya lesi pra-kanker, tetapi juga dapat positif pada keadaan-keadaan lain seperti infeksi. Dengan kata lain, tes IVA memiliki angka sensitifitas yang tinggi, tetapi spesifisitas yang rendah.

Pemeriksaan Pap smear secara rutin memiliki sensitifitas dan spesifitas yang tinggi dalam mendeteksi kanker serviks. Insidensi kanker serviks dapat dikurangi hingga 79% sejak tahun 1950. Pemeriksaan ini dilakukan dengan mengambil sampel sel-sel pada zona transformasi serviks menggunakan spatula, sito-brush, atau pun thin prep. Spatula dan sito-brush diusapkan pada mulut serviks kemudian difiksasi di gelas objek. Dengan menggunakan mikroskop sel-sel kanker atau sel-sel pra-kanker dapat terlihat. Hasil Pap smear positif menunjukkan adanya lesi pra-kanker yang mungkin akan berubah menjadi kanker serviks. Tindakan berikutnya akan ditentukan berdasarkan klasifikasi hasil Pap smear, apakah akan Pap. Apabila hasil Pap smear negatif, tindakan berikutnya adalah skrining ulang setiap satu tahun, paling tidak sampai 3x pemeriksaan menunjukan hasil negatif. Karena penyebab kanker serviks adalah infeksi HPV pada saat berhubungan seksual dan mempertimbangkan perjalanan penyakitnya, maka disarankan untuk melakukan pemeriksaan Pap smear apabila sudah 3 tahun sejak melakukan  hubungan seksual pertama kali.

Akan tetapi perlu diketahui bahwa pemeriksaan Pap smear dan tes IVA merupakan pemeriksaan untuk skrining atau deteksi dini kanker serviks tetapi tidak dapat digunakan untuk mendeteksi kanker ginekologi lain seperti kanker endometrium dan kanker ovarium.

Masa Subur / Fertile window

Kapan sih Masa Subur Saya?

Untuk mempertinggi peluang terjadinya kehamilan, hubungan seksual sebaiknya dilakukan pada masa subur atau sekitar saat ovulasi (keluarnya sel telur dari indung telur). Yang menjadi masalah adalah bagaimana caranya kita bisa mengetahui masa subur, sedangkan terjadinya didalam perut dan tidak terlihat oleh mata.

Sebernarnya jika bertujuan untuk hamil, berhubungan seksual pada masa subur (fertile window) dibandingkan dengan berhubungan rutin 2-3x / minggu memiliki efektivitas yang sama. Akan tetapi, mengetahui masa subur dapat juga digunakan untuk KB abstinence (tidak berhubungan pada masa subur), atau pada pasangan yang LDR atau sangat sibuk sehingga sulit untuk bisa berhubungan rutin 2-3x / minggu.

Ada beberapa cara untuk bisa mengetahui masa subur, yaitu dengan melihat temperatur basal, konsistensi lendir serviks, dan menghitung berdasarkan siklus menstruasi. Pada kesempatan kali ini akan dibahas mengenai cara menghitung waktu ovulasi berdasarkan siklus menstruasi. Sebelum itu, kita harus memahami sedikit mengenai ovulasi.

Setiap bulan, terjadi proses pematangan sel telur pada indung telur. Proses tersebut dibagi menjadi 2 fase, fase folikuler dan fase luteal. Pada fase folikuler, terjadi pematangan folikel yang dirangsang oleh hormon FSH (follicle stimulating hormone). Folikel yang berisi sel telur akan semakin membesar, hingga akhirnya pecah. Selama proses pematangan, folikel akan menghasilkan hormon estrogen. Setelah folikel pecah, sel telur akan keluar dari indung telur (ovulasi), dan ditangkap oleh fimbriae (ujung dari tuba fallopi / saluran telur). Fase folikuler ini sangat bervariasi lamanya, sekitar 7-21 hari.

Fase luteal dimulai sejak terjadinya ovulasi. Folikel yang pecah akan terbentuk menjadi corpus luteum yang menghasilkan hormon progesterone. Jika tidak terjadi kehamilan, corpus luteum hanya berumur 14 hari. Setelah 14 hari, corpus luteum mati dan tidak ada lagi yang menghasilkan progesterone, sedangkan fungsi progesterone adalah mempertahankan lapisan endometrium (lapisan dinding rongga rahim), sehingga lapisan tersebut akan meluruh dan mengalami perdarahan atau yang dikenal dengan menstruasi.

Berdasarkan pengetahuan tersebut, rata-rata siklus menstruasi normalnya adalah 21-35 hari (dihitung dari hari pertama haid saat ini ke hari pertama haid berikutnya).

Seperti sudah disinggung di atas bahwa masa subur adalah saat terjadinya ovulasi atau keluarnya sel telur. Sel telur hanya berumur 24 jam, setelah itu akan mati, berbeda dengan sperma yang dapat bertahan 5 hari di dalam rahim. Dan seperti sudah dijelaskan di atas bahwa ovulasi terjadi pada akhir dari fase folikuler atau awal dari fase luteal. Karena fase folikuler sangat bervariasi lamanya 7 – 21 hari, kita sulit memprediksi terjadinya ovulasi berdasarkan fase tersebut. Sedangkan fase luteal lebih fixed, rata-rata 14 hari, sehingga bisa disimpulkan bahwa, ovulasi terjadi 14 hari sebelum hari pertama haid bulan berikutnya.

Misalnya, anda memiliki siklus haid 30 hari. Maka, waktu subur anda adalah 14 hari sebelum haid bulan berikutnya, atau hari ke ( 30 – 14 hari = 16 hari ) sejak hari pertama haid bulan ini. Jika hari pertama haid (wanita dengan siklus haid 30 hari) bulan ini adalah tanggal 21 Oktober 2015. Maka masa subur atau ovulasi terjadi pada tanggal (21 Oktober 2015 ditambah 16 hari), atau tanggal 6 November 2015 adalah saat anda ovulasi.

Contoh lainnya, jika anda memiliki siklus haid 27 hari. Maka waktu subur anda adalah 14 hari sebelum hari pertama haid berikutnya, dengan kata lain hari ke ( 27 – 14 = 13 ) sejak hari pertama haid bulan ini. Jika hari pertama haid bulan ini adalah tanggal 21 Oktober 2015. Maka masa subur atau ovulasi terjadi pada tanggal (21 Oktober 2015 ditambah 13 hari), atau tanggal 3 November 2015. Nah, itulah masa subur anda.

Selamat mencoba.




When is my fertile window?

It believed that sexual intercourse at fertile window periode or around ovulation time can increase chances to get pregnant. The problem is how can we determine ovulation, while it happens inside your abdomen (pelvic actually..) and we can’t see it.

Actually, routine sexual intercourse 2-3x per-week have same succesfull rate to get pregnant as have sexual intercourse at fertile window periode. But, knowing fertile window periode can also be usefull to take abstinance contraception (avoid sexual intercourse at fertile window periode), or usefull to people that have long distance relationship or very busy to have routine sexual intercourse.

There are several methods to determine fertile window, that is with monitoring basic body temperature, cervical mucus consistency, and calculate ovulation time based on menstrual cycle. But, before we do that, we have to know about ovulation.

Folliculogenesis (oocyte maturation) take place in ovary every month. The process divided into 2 phases, follicular and luteal phase. In follicular phase, there is follicle maturation process that stimulated by FSH (Follicle Stimulating Hormone). Follicle that contain oocyte will getting larger until it ruptured. During maturation, follicle will produce estrogen. After follicle was ruptured, oocyte will come out from ovary (ovulation), then it will be captured by fimbriae (tag end  of fallopian tube). This follicular phase takes around 7-21 days to be completed.

Luteal phase is started right after ovulation. The ruptured follicle will become luteal corpus that produce progesterone. If there is no pregnancy occur, luteal corpus will be death after 14 days and there will be no progesterone anymore, whereas progesterone function is to maintain endometrium layer, therefore that layer will exuviate and bleeding will occur and that is what we called as menstruation.

Based on that knowledge, normal menstrual cycle is 21-35 days. Fertile window is five days before ovulation. After ovulation, oocyte only have 24 hours to get fertilized, otherwise it will die. Sperm can live longer, it can last to 5 days inside uterus. Like we already discussed above, ovulation occur at the end of follicular phase or just before luteal phase started. Because the follicular phase varies greatly (7-21 days), we can’t predicted when ovulation is occur base on that phase. Whereas, luteal phase is fixed (14 days), so that we can conclude that ovulation is occur 14 days before first day of the next menstrual period.   

For example, if you have 30 days menstrual cycle. Then, your ovulation time is 14 days before your next period, or day 16th (30-14 = 16) since your last menstrual period. If your last menstrual period was October 21st 2015, then your ovulation time is November 6th 2015 (October 21st 2015 + 16 days). And your window period is 5 days before it.

Another example, if you have 27 days menstrual cycle. Then your ovulation time is 14 days before your next period, or day 13th (27-14 = 13) since your last menstrual period. If your last menstrual period was October 21st 2015. Then your ovulation time is November 3rd 2015 (October 21st 2015 + 13 days).

Good luck.